penelitian eksperimen
PENELITIAN EKSPERIMEN
A. Pengertian
Wiersama (1991:99) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang kurang-kurangnya satu variabel bebas, yang disebut sebagai variabel eksperimental, sengaja dimanipulasi oleh peneliti. Menurut Davis (2004) penelitian eksprimental didasarkan pada asumsi bahwa dunia bekerja menurut hukum-hukum kausal.
Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari "sesuatu" yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan.
Eksperimen pada umumnya dianggap sebagai metode penelitian yang paling canggih dan dilakukan untuk menguji hipotesis. Metode ini menggunakan hubungan antara dua variabel atau lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya. Penelitian eksperimen sederhana mengandung tiga cirri pokok, yakni:
1. Adanya variabel bebas yang dimanipulasikan.
2. Adanya pengendalian pengontrol semua variabel kecuali variabel bebas.
3. Adanya pengamatan atau pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek variabel bebas.
B. Sifat Penelitian Eksperimen
1. kontrol
kontrol merupakan keharusan dalam metode eksperimen. Tanpa kontrol tidak dapat menilai secara terandalkan efek-efek dari variabel bebas. Dalam hal control eksperimen ada dua asumsi yang biasa digunakan:
1) jika dua situasi sama dalam dalam setiap hal kecuali satu faktor yang ditambah atau dihilangkan dari salah satu situasi-situasi tersebut. Maka setiap perbedaan yang timbul antara dua situasi dapat didistribusikan kepada factor tersebut. Ini disebut hukum variabel tunggal.(the law of single variabel).
2) Jika situasi tidak sama tapi dapat ditunjukkan bahwa tidak ada satupun dari variabel-variabelnya signifikan dalam menimbulkan peristiwa yang sedang diteliti, atau jika variabel-variabel yang signifikan dibuat sama. Maka setiap perbedaan yang terjadi antara kedua situasi setelah diberi suatu variabel baru tersebut disebut hukum satu-satunya variabel yang signifikan (the law of the single significant independent variabel).
Ada lima prosedur dasar yang biasanya dipakai untuk meningkatkan kesamaan antara kelompok yang dikenalkan berbagai situasi eksprimen. Lima prosedur untuk mengontrol perbedaan tersebut adalah:
1) Penempatan secara acak (Random Assignment )
Penempatan acak adalah penempatan subjek kedalam kelompok eksperimen sedemikian rupa sehingga untuk setiap subjek sebagai sampel mempunyai kemungkinan yang sama untuk ditempatankan dikelompok mana pun juga. Istilah randomisasi sering kali disama artinya dengan penempatan secara acak (random asignment).
2) Pasangan yang dibuat secara acak (Randomized matching)
Prosedur untuk matching dapat ditempuh dalam tiga cara :
· Prosedur pribadi dengan pribadi (subject to subject), yakni berusaha menemukan pasangan yang diambil dari subject, subjek yang mempunyai skor dalam batas yang telah ditentukan.
· Prosedur matching lain yang kadang-kadang digunakan adalah mengadakan matching kelompok , bukan untuk menunjukkan bahwa kelompok tidak berbeda secara signifikan dalam rata-rata dan simpang bakunya , pada matching variabel. Metode ini sering digunakan dalam suatu situasi, sehingga dua kelompok yang telah terbentuk sebelumnya harus digunakan.
· Prosedur ketiga maching adalah menempatkan semua subjek dalam susunan ranking berdasarkan skor-skor mereka pada variabel matching.
3) Pemilikan homogeny (Homogeneous Selection)
Digunakan untuk membentuk kelompok-kelompok yang dapat dibandingkan mengenai variable ekstra meliputi pemilihan sampel yang se-homogen mengenai variabel tersebut.
4) Analisis kovarian
Analisis kovarian adalah suatu metode untuk menganalisis perbedaan antara kelompok eksperimen mengenai variabel terikat setelah mempertimbangkan perbedaan awal antara kelompok mengenai pretes atau mengenai ukkuran-ukuran lain dari variabel bebas yang relevan. Ukuran yang digunakan untuk control bebas disebut kovarian.
Analisis kovarian bermanfaat untuk: penelitian pendidikan yang dilaksanakan didalam lingkungan sekolah, peneliti harus mengunakan kelompok-kelompok kelas.
5) Penggunaan para subjek sebagai control
Prosedur lain untuk menempatkan subjek-subjek yang sama dalam semua kondisi eksperimen adalah penggunaan subjek sebagai kontrol. Ada tiga cara yang biasa digunakan untuk mengendalikan variabel-variabel situasi yang secara kontaminatif :
· Memberi perlakuan yang sama kecuali variabel eksperimen.
· Melakukan random.
· Memanipulasi variabel-variabel ekstra secara sistematik dan secara terpisah dari variable bebas utama.
2. manipulasi atau perlakuan
manipulasi atau perlakuan suatu variabel adalah tindakan yang disengaja dilakukan oleh peneliti untuk melihat efek yang terjadi dari tindakan tersebut. Manipulasi variabel dalam pendidikan memiliki ciri khas tertentu dalam hal merencanakan serangkaian kondisi-kondisi yang berbeda-beda untuk diberikan kepada subjek. Dan seperngkat kondisi yang berbeda-beda tersebut dinamakan variabel bebas atau variabel eksperimen, atau variabel perlakuan, variabel yang diramalkan. Kondisi yang berbeda tersebut sengaja diberikan peneliti untuk melihat efek yang terjadi diakhir eksperimen. Peneliti dapat memberikan perlakuan satu variabel atau sejumlah variabel pada waktu yang bersamaan. Dengan kata lain ada hubungan kausal maupun hubungan fungsional antara variabel bebas dengan variabel terikat setelah terjadi perlakuan peneliti.
3. pengamatan atau pengukuran
seperti dijelaskan dalam manipulasi, bahwa efektif tidaknya suatu perlakuan penelitian dalam hal ini variabel bebas, dilihat pada variabel terikat atau respon. Ini berarti harus melakukan pengamatan atau observasi terhadap variabel terikat. Hasil pengamatan dapat diproleh melalui pengukuran dan penilaian, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Variabel terikat dalam penelitian pendidikan, umumnya berupa hasil dari sesuatu, misalnya proses belajar, sikap, prilaku, motivasi, keterampilan tertentu dan yang lain-lain. Harus di ingat bahwa variabel terikat tersebut bukanlah hasil langsung tapi berupa ramalan atau dugaan terhadap hasil pengukuran dalam bentuk skor-skor prestasi,prilaku, keterampilan dan lain-lain.
C. Desain Eksperimen
Desain eksperimen menunjuk kepada kerangka konseptual, bagaimana eksperimen dilaksanakan. Ada dua fungsi desain eksperimen: (1) memberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi yang dituntut oleh hipotesis penelitian, (2) memungkinkan penelitian membuat interprestasi dari hasil studi melalui analisis data secara statistik. Oleh karena itu penelitian harus dapat memilih desain berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria terpenting adalah bahwa desain harus tepat untuk menguji hipotesis yang diajukan. Suatu eksperimen dikatakan terandalkan apabila menggunakan desain yang tepat, bukan menggunakan desain yang rumit dan canggih. Jadi, tugas pertama penelitian adalah memilih desain yang tepat mengatur kondisi-kondisi eksperimen agar memenuhi kebutuhan masalah penelitian.
Ada dua kriteria yang digunakan untuk menilai kesahihan desain eksperimen, yakni: kesahihan internal dan kesahihan eksternal.
1. Kesahihan internal adalah berkenaan dengan makna yang terkandung dalam pernyataan: Apakah perlakuan eksperimen benar-benar mengakibatkan perubahan pada variabel terikat, artinya apa yang terjadi dalam variabel terikat benar-benar merupakan akibat dan variabel bebas. Hal ini di capai apabila desain eksperimen mampumengontrol variabel-variabel ekstra.
Ada delapan variabel ekstra yang sering mempengaruhi kesahihan internal desain penelitian.
1) History
Peristiwa-peristiwa khusus yang bukan perlakuan eksperimen, dapat terjadi antara pengukuran pertama dengan pengukuran kedua terhadap subjek yang dapat mengakibatkan perubahan-perubahan pada variabel terikat.
2) Maturation
Proses yang terjadi dalam subjek merupakan fungsi dari waktu yang berjalan dan dapat mempengaruhi efek-efek yang mungkin akan di salah artikan sebagai akibat dari variabel bebas.
3) Pretesting
Pengalaman dalam pretes dapat mempengaruhi penampilan para subjek dalam tes kedua, sekalipun tanpa eksperimen.
4) Meansuring instruments
Perubahan-perubahan dalam alat-alat pengukur, para pengamat dapat mengakibatkan perubahan-perubahan dalam ukuran-ukuran yang diperoleh oleh peneliti.
5) Statistikal regression
Jika kelompok-kelompok dipilih berdasarkan skor-skor ekstrim, regresi statistik dapat menghasilkan efek yang dapat di salah artikan sebagai efek eksperimen. Efek regresi ini menunjukan kepada tendensi skor-skor ekstrim untuk bergerak kearah mean pada pengukuran berikutnya.
6) Perbedaan memilih subjek
Terdapat perbedaan-perbedaan penting antara kelompok sebelum perlakuan eksperimen. Jika kelompok eksperimen sebelumnya menunjukan lebih unggul dari pada kelompok kontrol, maka kelompok eksperimen akan menunjukan prestasi yang lebih tinggi sekalipun tanpa perlakuan eksperimen.
7) Kematian atau kehilangan
Dalam eksperimen mungkin terdapat beberapa orang yang hilang atau mengundurkan diri dari kelompok-kelompok yang sedang diperbandingkan.
8) Interaksi kematangan dan seleksi
Interaksi semacam ini dapat terjadi dalam desain kuasi eksperimen, kelompok-kelompok eksperimen dan kontrol tidak dipilih secara random melainkan seperti adanya, misalnya kelas-kelas.
2. Kesahihan eksternal adalah menunjuk kepada makna dari pernyataan: Dapatkah penemuan-penemuan yang telah diperoleh digeneralisasikan, makna yang terkandung dalam pernyataan tersebut adalah hasil penelitian (eksperimen) terhadap subjek tertentu bisa berlaku sama untuk individu atau subjek lain dalam kondisi dan karakter yang sama. Dalam bahasa lain hasil penelitian terhadap sampel yang berlaku pada populasinya, atau sampel dapat secara sahihan menaksir populasinya.
Ada dua macam kesahihan eksternal, yakni kesahihan populasi dan kesahihan ekologis, kesahihan populasi menyangkut populasi subjek mana yang diharapkan sama dengan subjek sampel yang digunakan dalam eksperimen. Kesahihan ekologis menyangkut penggeneralisasian kondisi eksperimen kepada kondisi yang lain.
D. Desain Pra-Eksprimen
Desain ini melakukan kontrol terhadap variabel ekstra betapapun kecilnya kontrol tersebut.
1. Desain prates –pascates satu kelompok
Desain ini menempuh tiga langkah, yakni: (a) memberikan prates untuk mengikur variabel terikat sebelum perlakuan dilakukan (prates), (b) memberikan prilaku eksperimen kepada para subjek (variabel X), dan (c) memberikan tes lagi untuk mengukur variabel terikat, setelah perlakuan (pascates). Perbedaan-perbedaan disebabkan karena penerapan perlakuan eksperimen ditentukan dengan membandingkan skor-skor prates dan pascates yang dihasilkan dari alat ukur yang sama atau relatif sama/identik.
2. Desain statis dua kelompok
Desain ini menggunkan dua kelompok, satu diantaranya diberikan perlakuan eksperimen. Dua kelompok di anggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaannya hanya terdapat dalam perlakuan. Hasil pengukuran variabel terikat dari dua kelompok dibandingkan untuk melihat efek dari perlakuan X.
Desain ini banyak digunakan dalam penelitian pendidikan. Prestasi siswa yang diajarkan dengan metode baru dibandingkan dengan prestasi siswa dalam kelas serupa yang diajarkan dengan metode tradisional. Desain ini mempunyai kelompok kontrol yang memungkinkan perbandingan yang diperlukan.
- Desain Eksperimen Sejati
Desain eksperimen yang akan dibahas berikut ini merupakan desain sejati (true eksperiments), sebab kontrol variabel ekstra dilakukan peneliti, sehingga hasil eksperimen dapat diduga sebagai akibat perlakuan.
1. Desain pascates subjek acak dua kelompok
Desain ini merupakan salah satu desain yang paling sederhana dalam eksperimen sejati dan paling kuat dari semua desain eksperimen. Dua kelompok subjek yang dipilih secara acak dalam kondisi yang berbeda.
Keuntungan desain ini adalah randomisasi, yang menjamin kebersamaan statistik dari kedua kelompok tersebut, sebelum perlakuan variabel bebas diberikan. Sudah barang tertentu semakin banyak subjeknya semakin besar kemungkinan randomisasi menghasilkan kelompok-kelompok yang sama.
2. Desain pascates subjek acak sepadan dua kelompok
Desain ini hampir sama dengan desain no tiga diatas namun menggunakan pemadanan (mathing) dalam menetapkan kelompok-kelompok yang sama, bukan dengan penempatan acak. Para subjek di-match pada suatu variabel atau lebih yang dapat diukur dengan mudah, misalnya IQ. Variabel-variabel matching yang digunakan harus memiliki korelasi dengan variabel terikat. Sekalipun prates tidak dilakukan, namun jika ada skor prates dalam variabel terikat, skor-skor tersebut dapat digunakan untuk pemadanan/matching subjek.
3. Desain prates pascates kelompok acak
Dalam desain ini para subjek ditempatkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melalui metode acak dan diberi prates pada variabel terikat sebelum perlakuan diberikan. Perlakuan diberikan hanya kepada subjek-subjek eksperimen untuk waktu tertentu, setelah itu kedua kelompok diukur variabel terikatnya.
4. Desain tiga kelompok solomon
Desain kelompok solomon yang pertama menggunakan tiga kelompok dengan penempatan para subjek kedalam kelompok-kelompok secara acak. Dalam desain ini ada tiga kelompok, hampir mirip dengan desain lima, Cuma ada satu kelompok tambahan, sehingga ada tiga baris, dua baris pertama serupa dengan desain lima. Keuntungan desain ini memiliki dua kelompok kontrol, sehingga dapat mengatasi efek interaksi dari prates dan perlakuan eksperimen.
5. Desain empat kelompok selomon
Desain ini mempunyai kontrol lebih ketat, sehingga lebih luas dan lebih cermat dari desain enam, sebab memiliki satu kelompok kontrol tambahan. Kelompok ketiga meskipun menerima perlakuan X, tetap berpungsi sebagai kelompok kontrol. Keunggulan desain ini adalah adanya masukan dari keuntungan desain lain sebelumnya.
- Desain Eksperimen Semu
Dalam desain eksperimen sejati, kontrol terhadap variabel ekstra dilakukan secara penuh agar memenuhi validitas internal, sehingga menghasilkan hasil eksperimen yang dapat diandalkan. Dalam prakteknya eksperimen sejati melakukan kontrol sedemikian kata, mungkin hanya bisa dilakukan dilaboratorium. Praktek pendidikan dengan para siswa dikelas/ruangan dalam situasi interaksi antara manusia dengan manusia, manusia dengan lingkungan, pengontrolan yang ketat sulit dilakukan. Demikian pula perlakuan yang diberikan dalam eksperimen secara teratur, melakukan acak, pengukuran variabel dan yang lain-lain tidak selalu dapat dilaksanakan.
1. Desain prates-pascates kelompok kontrol tanpa acak
Dalam desain ini subjek kelompok tidak dilakukan acak, misalnya eksperimen disuatu kelas tertentu dengan siswa yang telah ada atau sebagaimana adanya. Penelitian tidak mungkin mengubah kelas siswa dalam menentukan subjek untuk kelompok-kelompok eksperimen.
2. Desain rotasi
Desain ini merupan desain yang dapat digunakan dengan kelompok-kelompok kelas intact, mengalir atau menukar kelompok pada interval-interval tertentu selama eksperimen, misalnya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan metode A dan menggunakan metode B, berturut-turut setengah waktu eksperimen yang pertama dan kemudian bergantian metode, untuk sisa waktunya. Ciri menonjok pada desain ini adalah bahwa semua objek menerima semua perlakuan eksperimen pada suatu waktu selama eksperimen berlangsung.
- Desain Faktorial
Desain eksperimen yang telah dibahas diatas pada umumnya desain variabel tunggal klasikal. Artinya, para peneliti melakukan manipulasi variabel bebas untuk melihat efeknya pada variabel terikat. Dalam prakteknya dilapangan, perlakuan murni variabel bebas dan efeknya terhadap variabel terikat sulit dilaksanakan, sebab bagaimanapun juga ada variabel lain yang berinteraksi akibat kompleknya kondisi eksperimen.
Desain faktorial merupakan desain yang dapat memberikan perlakuan/manipulasi dua variabel bebas atau lebih pada waktu yang bersamaan untuk melihat efek masing-masing variabel bebas, secara terpisah dan secara bersamaan terhadap variabel terikat dan efek-efek yang terjadi akibat adanya interaksi beberapa variabel.
karya tulis ilimiah pendidikan orang dewasa
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan orang dewasa sangat banyak. Mulai penyajian formal sampa widyawisata. Pengetahuan tentang metode ini sangat penting agar dapat menentukan metode yang sesuai dengan program pendidikan orang dewasa yang dilaksanakan.
"Orang dewasa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. OIeh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri"
Membangun manusia pembangunan dapat terjadi kalau diberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap pendidikan orang dewasa, sebab proses pembe1ajaran ini harus dikembangkan dengan cepat sesuai dengan lajunya pembangunan bangsa. Ulasan di seputar pendidikan di sekolah sudah sangat sering didiskusikan dengan herbagai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah, akan tetapi di lapangan, tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik melalui pendidikan melalui jalur sekolah maupun pendidikan luar sekolah, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya. Untuk membelajarkan orang dewasa melalui pendidikan orang dewasa dapat dilakukan dengan berhagai metoda dan strategi yang diperlukannya. Dalam hal ini, Orang dewasa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. OIeh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri.
- Identifikasi Masalah
Metode pendidikan orang dewasa dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu
(1) kontinum proses belajar dan (2) jenis pertemuan yang dilakukan dalam pendidikan orang dewasa. Dengan demikian, hal-hal yang akan dibahas dalam tulisan ini mencakup kontinum proses belajar sebagai dasar metode POD, pemilihan jenis pertemuan, jenis pertemuan dalam pendidikan orang dewasa, perencanaan pertemuan, metode dalam pertemuan, dan penyajian formal.
Dalam pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk memberhasilkan pembelajaran semacam ini, apapun metode yang diterapkan seharusnya mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai tujuan akhir pembelajaran, yakni agar peserta dapat memiliki suatu pengalaman belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan besar bilamana dalam hal ini, pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode hanya karena faktor pertimbangannya sendiri yakni menggunakan metode yang dianggapnya paling mudah, atau hanya disebabkan karena keinginannya dikagumi oleh peserta di kelas itu ataupun mungkin ada kecenderungannya hanya menguasai satu metode tertentu saja.
- Pembatasan Masalah
Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya.
Kegiatan pendidikan baik melalui jalur formal ataupun luar nonformal memiliki daerah dan kegiatan yang beraneka ragam. Pendidikan orang dewasa terutama pendidikan masyarakat bersifat nonformal sebagian besar dari siswa atau pesertanya adalah orang dewasa, atau paling tidak pemuda atau remaja. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan memerlukan pendekatan tersendiri. Dengan menggunakan teori andragogi kegiatan atau usaha pembelajaran orang dewasa dalam kerangka pembangunan atau realisasi pencapaian cita-cita pendidikan seumur hidup dapat diperoleh dengan dukungan konsep teoritik atau penggunaan teknologi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah pandangannya yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain dengan perubahan yang yang sangat cepat seperti inovasi dan perkembangan teknologi, perubahan sistem, budaya, ekonomi, dan perkembangan politik. Maka pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika remaja akan menjadi usang ketika ia dewasa. Hal ini menuntut perubahan yang berkelanjutan (sustainability) bagi pendidik.
- Rumusan Masalah
Salah satu aspek penting dalam pendidikan saat ini yang perlu mendapat perhatian adalah mengenai konsep pendidikan untuk orang dewasa. Tidak selamanya kita berbicara dan mengulas di seputar pendidikan murid sekolah yang relatif berusia muda. Kenyataan di lapangan, bahwa tidak sedikit orang dewasa yang harus mendapat pendidikan baik pendidikan informal maupun nonformal, misalnya pendidikan dalam bentuk keterampilan, kursus-kursus, penataran dan sebagainya.
Masalah yang sering muncul adalah bagaimana kiat, dan strategi membelajarkan orang dewasa yang notabene tidak menduduki bangku sekolah. Dalam hal ini, orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan helajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri.
Kematangan psikologi orang dewasa sebagai pribadi yang mampu mengarahkan diri sendiri ini mendorong timbulnya kebutuhan psikologi yang sangat dalam yaitu keinginan dipandang dan diperlakukan orang lain sebagai pribadi yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi oleh orang lain. Dengan begitu apabila orang dewasa menghadapi situasi yang tidak memungkinkan dirinya menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa dirinya tertekan dan merasa tidak senang. Karena orang dewasa bukan anak kecil, maka pendidikan bagi orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan anak sekolah. Perlu dipahami apa pendorong hagi orang dewasa belajar, apa hambatan yang dialaininya, apa yang diharapkannya, bagaimana ia dapat belajar paling baik dan sebagainya (Lunandi, 1987).
Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah adanya pandangan yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain pihak perubahan yang terjadi seperti inovasi dalam teknologi, mobilisasi penduduk, perubahan sistem ekonomi, dan sejenisnya begitu cepat terjadi. Dalam kondisi seperti ini, maka pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika ia berumur 21 tahun akan menjadi usang ketika ia berumur 40 tahun. Apabila demikian halnya, maka pendidikan sebagai suatu proses transmisi pengetahuan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan modem (Arif, 1994).
Oleh karena itu, tujuan dan kajian/tulisan ini adalah untuk mengkaji berbagai aspek yang mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa (andragogi) sebagai salah satu altematif pemecahan masalah kependidikan, sebab pendidikan sekarang ini tidak lagi dirumuskan hanya sekedar sebagai upaya untuk mentransmisikan pengetahuan, tetapi dirumuskan sebagai suatu proses pendidikan sepanjang hayat (long life education).
- Tujuan Penulisan
1. Rancangan proses untuk mendorong orang dewasa mampu menata dan mengisi pengalaman baru dengan memedomani masa lampau yang pernah dialami.
2. Proses pembelajaran yang dirancang dapat meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman baru, keterampilan baru, untuk mendorong masing-masing individu orang dewasa dapat meraih semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkannya.
3. Mengkaji berbagai aspek dan metode yang mungkin dilakukan dalam upaya membelajarkan orang dewasa.
4. Pembimbing dapat memilih metode yang tepat agar peserta didik dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermanfaat.
5. Setiap individu orang dewasa dapat belajar secara efektif saat setiap individu orang dewasa telah mampu menemukan makna pribadi bagi dirinya dan memandang makna yang baik itu berhubungan dengan keperluan pribadinya.
- Manfaat Penulisan
1. Dapat menciptakan suatu struktur untuk perencanaan bersama. Secara ideal struktur semacam ini akan melibatkan semua pihak yang akan terlibat dalam kegiatan pendidikan yang direncanakan, termasuk para peserta kegiatan belajar atau siswa, guru atau fasilitator, wakil-wakil lembaga dan masyarakat.
2. dapat menciptakan iklim belajar yang sesuai dan mendukung untuk orang dewasa belajar. Suatu iklim belajar orang dewasa dapat dikembangkan dengan pengaturan lingkungan phisik yang memberikan kenyamanan dan interaksi yang mudah, Guru lebih bersifat membantu bukan menghakimi.
3. Dapat mendiagnosa sendiri kebutuhan belajarya. Diagnosa kebutuhan harus melibatkan semua pihak, dan hasilnya adalah kebutuhan bersama.
- Definisi Operasional
Pendidikan secara umum adalah sebagai suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak dan budi mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada intinya pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan pikir, emosional, berwatak dan berketerampilan untuk siap hidup ditengah-tengah masyarakat. Prinsip dasar dari pendidikan adalah untuk memanusiakan manusia, mengembangkan potensi dasar peserta didik agar berani dan mampu menghadapi problema yang dihadapi tanpa rasa tertekan, mampu, dan senang meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi, sehingga terdorong untuk memelihara diri sendiri maupun hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Konsep dan metode pembelajaran orang dewasa adalah dengan membelajarkan orang dewasa melalui pendidikan orang dewasa harus dilakukan dengan metode dan strategi yang sesuai yang disebut dengan metode andragogi. Orang dewasa sebagai siswa dalam kegiatan belajar tidak dapat diperlakukan seperti anak-anak didik biasa yang sedang duduk di bangku sekolah tradisional. Harus dipahami bahwa orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri.
Oleh sebab itu, harus dipahami bahwa, orang dewasa yang tumbuh sebagai pribadi dan memiliki kematangan konsep diri bergerak dari ketergantungan seperti yang terjadi pada masa kanak-kanak menuju ke arah kemandirian atau pengarahan diri sendiri.
Pemahaman terhadap perkembangan kondisi psikologi orang dewasa tentu saja mempunyai arti penting bagi para pendidik dan tenaga pendidik pendidikan nonformal dalam menghadapi orang dewasa sebagai siswa. Berkembangnya pemahaman kondisi psikologi orang dewasa semacam itu tumbuh dalam teori yang dikenal dengan nama andragogi. Andragogi sebagai ilmu yang memiliki dimensi yang luas dan mendalam akan teori belajar dan cara mengajar. Secara singkat teori ini memberikan dukungan dasar yang esensial bagi kegiatan pembelajaran orang dewasa. Oleh sebab itu, pendidikan atau usaha pembelajaran orang dewasa memerlukan pendekatan khusus dan harus memiliki pegangan yang kuat akan konsep teori yang didasarkan pada asumsi atau pemahaman orang dewasa sebagai siswa.
Salah satu masalah dalam pengertian andragogi adalah pandangannya yang mengemukakan bahwa tujuan pendidikan itu bersifat mentransmisikan pengetahuan. Tetapi di lain dengan perubahan yang yang sangat cepat seperti inovasi dan perkembangan teknologi, perubahan sistem, budaya, ekonomi, dan perkembangan politik. Maka pengetahuan yang diperoleh seseorang ketika remaja akan menjadi usang ketika ia dewasa. Hal ini menuntut perubahan yang berkelanjutan (sustainability) bagi pendidik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian teori
Andragogi berasal dan bahasa Yunani andros artinya orang dewasa, dan agogus artinya memimpin. lstilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang ditarik dan kata paid artinya anak dan agogus artinya memimpin. Maka secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena itu, pedagogi berarti seni atau pengetahuan mengajar anak, maka apabila memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas kurang tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Sementara itu, menurut (Kartini Kartono, 1997), bahwa pedagogi (lebih baik disebut sebagai androgogi, yaitu ilmu menuntun/mendidik manusia; aner, andros = manusia; agogus = menuntun, mendidik) adalah ilmu membentuk manusia; yaitu membentuk kepribadian seutuhnya, agar ia mampu mandiri di tengah lingkungan sosialnya.
Pada banyak praktek, mengajar orang dewasa dilakukan sama saja dengan mengajar anak. Prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan orang dewasa. Hampir semua yang diketahui mengenai belajar ditarik dari penelitian belajar yang terkait dengan anak. Begitu juga mengenai mengajar, ditarik dari pengalaman mengajar anak-anak misalnya dalam kondisi wajib hadir dan semua teori mengenai transaksi guru dan siswa didasarkan pada suatu difinisi pendidikan sebagai proses pemindahan kebudayaan. Namun, orang dewasa sebagai pribadi yang sudah matang mempunyai kebutuhan dalam hal menetapkan daerah belajar di sekitar problem hidupnya.
Kalau ditarik dari pengertian pedagogi, maka andragogi secara harfiah dapat diartikan sebagai seni dan pengetahuan mengajar orang dewasa. Namun, karena orang dewasa sebagai individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, maka dalam andragogi yang lebih penting adalah kegiatan belajar dari peserta didik bukan kegiatan mengajar guru. Oleh karena itu, dalam memberikan definisi andragogi lebih cenderung diartikan sebagai seni dan pengetahuan membelajarkan orang dewasa.
Pendidikan orang dewasa dapat. diartikan sebagai keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan, mengenai apapun bentuk isi, tingkatan status dan metoda apa yang digunakan dalam proses pendidikan tersebut, baik formal maupun non-formal, baik dalam rangka kelanjutan pendidikan di sekolah maupun sebagai pengganti pendidikan di sekolah, di tempat kursus, pelatihan kerja maupun di perguruan tinggi, yang membuat orang dewasa mampu mengembangkan kemampuan, keterampilan, memperkaya khasanah pengetahuan, meningkatkan kualifikasi keteknisannya atau keprofesionalannya dalam upaya mewujudkan kemampuan ganda yakni di suatu sisi mampu mengem-bangankan pribadi secara utuh dan dapat mewujudkan keikutsertaannya dalam perkembangan sosial budaya, ekonoini, dan teknologi secara bebas, seimbang dan berkesinambungan.
Dalam hal ini, terlihat adanya tekanan rangkap bagi perwujudan yang ingin dikembangankan dalam aktivitas kegiatan di lapangan, pertama untuk mewujudkan pencapaian perkemhangan setiap individu, dan kedua untuk mewujudkan peningkatan keterlibatannya (partisipasinya) dalam aktivitas sosial dan setiap individu yang bersangkutan. Begitu pula pula, bahwa pendidikan orang dewasa mencakup segala aspek pengalaman belajar yang diperlukan oleh orang dewasa baik pria maupun wania, sesuai dengan bidang keahlian dan kemampuannya masing-masing.
Dengan demikian hal tersebut dapat berdampak positif terhadap keberhasilan pembelajaran orang dewasa yang tampak pada adanya perubahan perilaku ke arah pemenuhan pencapaian kemampuan/keterampilan yang memadai. Di sini, setiap individu yang berhadapan dengan individu lain akan dapat belajar hersama dengan penuh keyakinan. Perubahan perilaku dalam hal kerjasama dalam berbagai kegiatan, merupakan hasil dan adanya perubahan setelah adanya proses belajar, yakni proses perubahan sikap yang tadinya tidak percaya diri menjadi peruhahan kepercayaan diri secara penuh dengan menambah pengetahuan atau keterampilannya. Perubahan penilaku terjadi karena adanya perubahan (penambahan) pengetahuan atau keterampilan serta adanya perubalian sikap mental yang sangat jelas, dalam hal pendidikan orang dewasa tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan, tetapi harus dihekali juga dengan rasa percaya yang kuat dalam prihadiriya. Pertambahan pengetahuan saja tanpa kepercayaan diri yang kuat, niscaya mampu melahirkan perubahan ke arah positif herupa adanya pembaharuan baik fisik maupun mental secara nyata, menyeluruh dan berkesinambungan.
Perubahan perilaku bagi orang dewasa terjadi melalui adanya proses pendidikan yang berkaitan dengan perkembangan dirinya sebagai individu, dan dalam hal ini, sangat memungkinkan adanya partisipasi dalam kehidupan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan diri sendiri, maupun kesejahteraan bagi orang lain, disehabkan produktivitas yang lebih meningkat. Bagi orang dewasa pemenuhan kebutuhannya sangat mendasar, sehingga setelah kebutuhan itu terpenuhi ia dapat beralih kearah usaha pemenuhan kebutuhan lain yang lebih diperlukannya sebagai penyempumaan hidupnya.
Setiap individu wajib terpenuhi kebutuhannya yang paling dasar (sandang dan pangan), sebelum ia mampu merasakan kehutuhan yang lebih tinggi sebagai penyempumaan kebutuhan dasar tadi, yakni kehutuhan keamanan, penghargaan, harga diri, dan aktualisasi dirinya. Bilamana kebutuhan paling dasar yakni kebutuhan fisik berupa sandang, pangan, dan papan belum terpenuhi, maka setiap individu belum membutuhkan atau merasakan apa yang dinamakan sebagai harga diri. Setelah kebutuhan dasar itu terpenuhi, maka setiap individu perlu rasa aman jauh dan rasa takut, kecemasan, dan kekhawatiran akan keselamatan dirinya, sebab ketidakamanan hanya akan melahirkan kecemasan yang herkepanjangan. Kemudian kalau rasa aman telah terpenuhi, maka setiap individu butuh penghargaan terhadap hak azasi dirinya yang diakui oleh setiap individu di luar dirinya. Jika kesemuanya itu terpenuhi barulah individu itu merasakan mempunyai harga diri.
Dalam kaitan ini, tentunya pendidikan orang dewasa yang memiliki harga diri dan dirinya membutuhkan pengakuan, dan itu akan sangat berpengaruh dalam proses belajamya. Secara psikologis, dengan mengetahui kebutuhan orang dewasa sebagai peserta kegiatan pendidikan/pelatihan, maka akan dapat dengan mudah dan dapat ditentukan kondisi belajar yang harus disediakan, isi materi apa yang harus diberikan, strategi, teknik serta metode apa yang cocok digunakan. Menurut Lunandi (1987) yang terpenting dalam pendidikan orang dewasa adalah: Apa yang dipetajari pelajar, bukan apa yang diajarkan pengajar. Artinya, hasil akhir yang dinilai adalah apa yang diperoleh orang dewasa dan pertemuan pendidikan/pelatihan, bukan apa yang dilalukukan pengajar, pelatih atau penceramah dalam pertemuannya.
B. Pembahasan
Metode pendidikan orang dewasa dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu (1) kontinum proses belajar dan (2) jenis pertemuan yang dilakukan dalam pendidikan orang dewasa.
1. Usaha atau kegiatan apa yang akan diorganisasikan?
2. Tugas apa saja yang akan diselesaikan?
3. Siapa yang menjadi sasarannya?
4. Bagaimana pesan dapat disampaikan sebaik mungkin?
5. Masalah apa saja yang dapat mungkin timbul dalam pengorganisasian pertemuan yang harus dipecahkan?
Adapun jenis pertemuan, antara lain:
1. Penyajian formal. Semua berlangsung satu arah, dari pembicara kepada peserta
a. Diskusi terbuka
b. Diskusi kelompok dengan wakil pimpinan (co-leader)
c. Sesi Buzz
d. Teknik “Philips 66”
e. Tim Pimpinan
i. Pimpinan Diskusi
ii. Pengamat Proses
f. Tim pendengar
g. Bermain peran (role playing)
h. Skit drama
i. Curah pendapat (brainstorming)
j. Diskusi informal
k. Debat
l. Diskusi mangkuk ikan (fishbowl discussion)
m. Forum
i. Forum kuliah
ii. Forum symposium
iii. Forum panel
3. Demonstrasi dan Laboratorium
4. Widyawisata (karyawisata)
5. Komunikasi Tertulis
a. Kontinum proses belajar sebagai dasar metode POD
ada banyak metode yang diterapkan dalam POD. Apapun metode yang dipilih, sebaiknya dipertimbangkan sebagai alat untuk mencapai tujuan akhir, yaitu dapat diperolehnya pengalaman belajar yang bermanfaat bagi peserta didik itu sendiri.
Metode pendidikan orang dewasa sebaiknya dipilih sesuai dengan tujuan pendidikan dan garis besarnya yang terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Membantu orang menata pengalaman masa lalu yang dimilikinya melalaui cara baru, seperti konsultasi, latihan kepekaan, dan beberapa jenis latihan manajemen, yang membantu individu memanfaatkan apa yang telah diketahuinya.
2. memberikan pengetahuan baru atau keterampilan baru, yakni mendorong individu untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang lebih baik daripada pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan sebelumnya.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka proses belajar dapat digambarkan sebagai kontinum proses belajar. Posisi atau sifat pengalaman belajar dalam kontinum proses belajar dapat mempengaruhi beberapa hal berikut:
1. persiapan dan orientasi bagi persiapan belajar.
2. suasana dan kecepatan belajar.
3. peran dan sikap poembimbing.
4. peran dan sikap peserta didik.
5. metode yang diterapkan agar usaha belajar berhasil.
b. Pemilihan jenis pertemuan
Sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis pertemuan. Berikut ini adalah beberapa pertanyaan yang dapat membantu dalam menentukan jenis pertemuan yang akan dipergunakan dalam suatu program pendidikan orang dewasa.
1. Usaha atau kegiatan apa yang akan diorganisasikan?
2. Tugas apa saja yang akan diselesaikan?
3. Siapa yang menjadi sasarannya?
4. Bagaimana pesan dapat disampaikan sebaik mungkin?
5. Masalah apa saja yang dapat mungkin timbul dalam pengorganisasian pertemuan yang harus dipecahkan?
Adapun jenis pertemuan, antara lain:
1. Institusi(institution)
Dalam institusi, materi baru diberikan untuk menambah pengetahuan yang telah dimiliki oleh peserta. Institusi adalah salah satu lembaga pendidikan orang dewasayang paling sering digunakan.
2. konvensi
seperti institusi yang berupa kumpulan dari peserta yang berasal dari kelompok lokal, organisasi orang tua baik dari tingkat kabupaten, provinsi, ataupun nasional.
3. Konferensi
Konferensi adalah pertemuan adalah kelompok besar maupun kelompok kecil. Biasanya jumlah peserta konferensi tidak sebanyak institusi.
4. Lokakarya (workshop)
Lokakarya adalah pertemuan orang yang bekerja sama dalam kelompok kecil, yang biasanya dibatasi pada masalah yang berasal dari mereka sendiri.
5. Seminar
Seminar adalah mempelajari sebuah subjek di bawah seorang pimpinan yang menguasai bidang yang diseminarkan.
6. Kursus kilat
Kursus kilat merupakan institusi yang sangat intensif selama satu hari atau lebih tentang beberapa subjek khusus.
7. Kuliah bersambung
Kuliah bersambung adalah suatau rangkaian penyajian yang disampaikan oleh dosen dengan periode waktu yang telaha ditentukan.
8. Kelas formal
Kelas formala dalam pendidikan orang dewasa biasanya mempunyai peraturan yang ketat. Pelajaran yang memiliki sifat sedemikian rupa sehingga peserta yang sering absen akan kehilangan banayak pelajaran yang berguna.
9. Diskusi terbuka
Diskusi terbuka adalah orang yang berperan aktif dalam memecahkan masalah yang dihadapi secara berkelompok
c. Merencanakan pertemuan
Seseorang harus memikirkan rencana untuk melaksanakan pertemua, tak peduli jenis pertemuan apa yang digunakan. Oleh karena itu, perencana harus mengerahkan perhatiannya pada:
1. Tahap pendahuluan untuk menghubungi orang
2. Cara menerima peserta
3. Apa yang terjadi dalam pertemuan
4. Cara mengevaluasi pertemuan
2. Cara menerima peserta
3. Apa yang terjadi dalam pertemuan
4. Cara mengevaluasi pertemuan
d. Metode dalam pertemuan
Teknik penting yang dapat digunakan dalam pendidikan orang dewasa:
1. Penyajian formal. Semua berlangsung satu arah, dari pembicara kepada peserta
.
a. Ceramah atau kuliah
b. Symposium
c. Diskusi panel
d. Kolokium (colloquy)
2. Teknik diskusi
a. Ceramah atau kuliah
b. Symposium
c. Diskusi panel
d. Kolokium (colloquy)
2. Teknik diskusi
a. Diskusi terbuka
b. Diskusi kelompok dengan wakil pimpinan (co-leader)
c. Sesi Buzz
d. Teknik “Philips 66”
e. Tim Pimpinan
i. Pimpinan Diskusi
ii. Pengamat Proses
iii. Notulen
iv. Narasumber
iv. Narasumber
f. Tim pendengar
g. Bermain peran (role playing)
h. Skit drama
i. Curah pendapat (brainstorming)
j. Diskusi informal
k. Debat
l. Diskusi mangkuk ikan (fishbowl discussion)
m. Forum
i. Forum kuliah
ii. Forum symposium
iii. Forum panel
3. Demonstrasi dan Laboratorium
a. Demonstrasi metode (cara)
b. Demonstrasi hasil
c. Prosedur laboratorium
b. Demonstrasi hasil
c. Prosedur laboratorium
4. Widyawisata (karyawisata)
5. Komunikasi Tertulis
e. Penyajian formal
Penyajian formal yang asli adalah penyajian yang bersifat searah dari pembicara kepada peserta tanpa ada umpan balik dari pesera kepada pembicara.
Langganan:
Komentar (Atom)
alqur'an
Lencana Facebook
Followers
Entri Populer
-
PENELITIAN EKSPERIMEN A. Pengertian Wiersama (1991:99) mendefinisikan eksperimen sebagai suatu situasi penelitian yang kurang-kurangnya s...
-
BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Metode yang dapat digunakan dalam pendidikan orang dewasa sangat banyak. Mulai penyajian formal ...
clock site
calender
You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "
ovinda. Diberdayakan oleh Blogger.















