PERKEMBANGAN INOVASI SISTEM PENYAMPAIAN PENGAJARAN
DI INDONESIA
A. Pengertian Sistem Penyampaian Pengajaran
Sistem penyampaian dimaksudkan adalah cara-cara yang dapat ditempuh dalam penyajian suatu bahan pelajaran agar dapat dipelajari peserta didik dan tujuan pengajaran dapat dicapai. Terdapat berbagai bentuk sistem penyampaian pengajaran yang dapat dilakukan guru, misalnya mlalui bentuk Satuan Pelajaran (Satpel), modul, pengajaran berprograma, radio dan televisi pendidikan, model pengajaran unit, dan model pembelajaran terpadu.
Di antara persoalan klasik dan sistemik perkembangan inovasi sistem penyampaian pengajaran berkaitan dengan “kesenjangan” antara guru sebagai penyajian suatu bahan ajar dengan peserta didik sebagai penerima bahan ajar. Karena itu, kita perlu meningkatkan langkah-langkah untuk mendorong interaksi produktif multipihak yang saling menguntungkan bagi perkembangan inovasi dan difusinya, penyebarluasan praktik baik dan hasil-hasil yang sesuai dengan potensi terbaik nasional dan daerah.
- Pengertian Pengajaran
Pandangan tentang istilah pengajaran terus-menerus berkembang dan mengalami kemajuan. Pengertian pengajaran sesungguhnya lebih luas daripada hanya suatu proses atau prosedur belaka. Pengajaran adalah suatu sistem yang luas, yang mengandung banyak aspek pengajaran.
Sejak para ahli pendidikan menemukan konsep dan gagasan baru di dalam pengajaran, sejak itu pula terjadi banyak perubahan pandangan dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Umumnya perubahan ini menunjukkan peningkatan sejak abad kedua puluh ini, yang dengan tegas memberikan kritikannya tentang pengajaran tradisional/lama.
- Perkembangan Inovasi Sistem Penyampaian Pengajaran Di Indonesia
Mengingat di Indonesia beberapa bentuk sistem penyampaian itu masih tahapa pengembangan dan uji coba, pada bagian ini hanya akan dibahas bentuk satuan pelajaran, pengajaran modul dan bentuk lain untuk sistem penyampaian melalui pembelajaran terpadu. Bentuk sistem penyampaian pembelajaran terpadu merupakan bentuk inovatif yang dirasakan telah menjadi kebutuhan yang cukup mendesak untuk diberlakukan.
1. Satuan Acara pengajaran
Pengajaran akan berhasil apabila direncanakan terlebih dahulu dengan cermat, teliti, dan sistematis dari semua faktor- faktor yang terkait, yaitu tujuan belajar, siapa yang belajar, materi yang akan di bahas, bagaimana cara penyajiannya dan media penunjang yang akan digunakan, sumber belajar serta bagaimana cara mengevaluasinya. Oleh karena itu dalam pengajaran perlu disusun suatu kurikulum. Kurikulum yang disusun bukan hanya sebagai dokumen yang memuat tujuan dan Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), tetapi harus diterjemahkan secara relevan dalam bentuk proses belajar- mengajar, yang secara operasional sangat dipengaruhi oleh kemampuan Dosen dalam menyusun suatu Satuan Acara pengajaran/perkuliahan (SAP).
Satuan Acara Perkuliahan berfungsi sebagai pedoman kerja dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan, yaitu :
a) Preventif
Mencegah guru/Dosen dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan dalam kurikulum.
b) Korektif
Satuan Acara Perkuliahan berfungsi sebagai rambu-rambu yang harus ditaati dan sebagai pedoman dalam melaksanakan pendidikan.
c) Konstruktif
Satuan Acara Perkuliahan memberikan arah secara rinci bagi pelaksanaan dan pengembangan pendidikan yang mengacu pada kurikulum.
Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pembuatan Satuan Acara Perkuliahan:
Relevansi :
* Relevan dengan lingkungan hidup peserta (mahasiswa).
* Relevan dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang (kemajuan IPTEK).
* Relevan dengan tuntutan dunia kerja.
Efektifitas :
* Efektif mengajar bagi Dosen.
* Efektif belajar bagi mahasiswa.
Efisiensi :
Efisien dalam pendidikan berarti efisien dalam : waktu, biaya, penggunaan tenaga dan peralatan.
Kontinuitas :
Satuan Acara Perkuliahan memiliki saling hubungan antara materi Pokok
Bahasan/Sub Pokok Bahasan, satu dengan yang lainnya.
Komprehensif :
Semua kegiatan dan komponen dalam Satuan Acara Perkuliahan merupakan satu kesatuan yang berinteraksi dan berinterfungsi secara terpadu dan harmonis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.
Flexibilitas :
Satuan Acara Perkuliahan tidak boleh kaku, harus luwes, dapat bertindak dan mempunyai keleluasaan bergerak yang disebabkan oleh situasi dan kondisi yang tiba-tiba berubah atau sangat diperlukan adanya suatu perubahan.
2. Pengajaran Modul
Istilah modul di pinjamkan dari dunia teknologi. Modul adalah alat ukur yang lengkap. Modul adalah satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Menurut Puji Muljono Modul merupakan bahan ajar cetak yang dapat dipelajari secara mendiri oleh peserta pembelajaran, jadi pembaca dapat belajar tanpa di bantu oleh tenaga pengajar secara langsung,bahasa pola dan sifat kelengkapan di atur sehingga seolah-olah merupakan bahasa guru secara langsun kepada muridnya. Maka dari itu bahan ini sering disebut sebagai bahan instruksional mandiri. Modul dapat di pandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar. Menurut buku pedoman penyusunan modul (Balitbangdikbut), yang dimaksud dengan modul ialah suatu unit program belajar mengajar yang digariskan secara terperinci. Yaitu :
1) Tujuan-tujuan istruksional umum
2) Topik yang akan dijadikan pangkal proses belajar-mengajar.
3) Tujuan instruksional khusus.
4) Pokok –pokok materi yang akan diajarkan dan di pelajari.
5) Kedudukan dan fungsi satuan dalam kesatuan program yang lebih luas.
6) Peranan guru dalam proses belajar mengajar.
7) Alat dan sumber yang akan di pakai.
8) Kegiatan belajar mengajar yang harus dilakukan murid secara berurutan.
9) Lembaran-lembaran kerja yang akan dilaksanakan selama proses belajar mengajar.
Untuk mengenbangkan modul perlu memperhatikan tahap-tahap sebagai berikut :
1) Menyusun garis-garis besar program pengajaran.
Garis-garis besar program pengajarna atau course outlines adalah rumusan tujuan dan pokok – pokok isi mata kuliah atau mata pelajaran. Didalamya tertulis komponen-komponen sebagai berikut:
a. Tujuan instruksional umum (TIU), merupakan terjemahan dari general intrictional objective atau sering pula disebut instructional goal atau terminal objektiv. TIU berisi kompetensi-kompetensi umum yang yang diharapkan dapat dikuasai, ditampilakan ataua didemonstrasikan oleh mahasiswa setelah menyelesaikan mata kuliah selama satu semester.
b. Tujuan Instruksional Khusus, (TIK), atau sasaran pembelajaran atau terjemahan dari specifik Insrtuksional Objektive atau enabling objective. Didalamnya terkandung kompetensi khusus yang dicapai siswa setelah mempalajari mata kuliah tersebut. Kompetensi merupakan ulasan atau jabaran dari kompetensi umum yang ada di TIU
c. Topik atau poko bahasan
d. Sub pokok bahasan
e. Estimasi waktu
f. Sumber kepustakaan
2) Menulis modul dengan mengikuti struktur instruksional tertentu. Bila modul tersebut berbentuk kombinasi bahan cetak dan media audio visual serta kit sains maka selain menulis bahan cetak perlu di produksi pula media audio visual dan kit sains yang dimaksud.
3) Mereview, atau melakukan uji lapangan dan merevisi modul. Kegitan ini seyogyanya dilakukan sebelum modul tersebut digunakan. Namun pada kenyataanya ada sebagian besar bahan tercetak ini terkadang diujilapangkan sambil digunakan. Karena kesempatan diujilapangkan lebih dahulu itu sanagt terbatas. Sering kali para penulis dan para pengembang media menyelasaikan tugasnya pada detik-detik terakhir sebelum digunakan.bahkan sebagian diantaranya ada yang terlambat dari jadwal yang telah ditentukan.
.
3. Sistem Penyampaian Untuk Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka.
Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest).
Pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.
Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu: berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan sebagai berikut:
¯ Pengalaman dan kegiatan belajar anak relevan dengan tingkat perkembangannya.
¯ Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
¯ Kegiatan belajar bermakna bagi anak, sehingga hasilnya dapat bertahan lama.
¯ Keterampilan berpikir anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu.
¯ Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak.
¯ Keterampilan sosial anak berkembang dalam proses pembelajaran terpadu. Keterampilan sosial ini antara lain adalah : kerja sama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat orang lain.
Adapun model-model pembelajaran terpadu yaitu sebanyak sepuluh model pembelajaran terpadu. Kesepuluh model pembelajaran terpadu tersebut adalah :
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
¯ dalam penyajian suatu bahan pelajaran agar dapat dipelajari peserta didik dan tujuan pengajaran dapat dicapai diperlukan sistem penyampaian pengajaran yang baik.
¯ Satuan pelajaran (Satpel) merupakan salah satu bentuk sistem penyampaian pengajaran yang dianggap baik sebagai cara atau alat bagi guru untuk menyampaikan bahan pelajaran
¯ Pembelajaran terpadu jika dirancang dengan baik dapat memberikan pembelajaran yang efektif dan memberikan pengalaman belajar lebih bermakna, karena dengan pembelajaran terpadu peserta didik belajar sesuai dengan konteks kehidupan riil.
- Saran
Diharapkan melalui makalah ini, dapat membantu para pembaca sekalian dalam memahami perkembangan inovasi sistem penyampaian pengajaran di Indonesia yang disajikan dalam bentuk makalah ini. Dan kami selaku penyusun mengharapkan sumbangan kritik dan saran yang dapat membuat penyusunan makalah kami ini jadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Indrawati. 2008. Model Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar. Jakarta: PPPPTK IPA.
http://rizqa15.student.fkip.uns.ac.id/2011/10/20/inovasi-pendidikan/
'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''

BAB I
'''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''''
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dewasa ini, semakin disadari oleh banyak
pihak dalam menjalankan roda suatu organisasi manusia merupakan unsur yang
terpenting. Berbagai alat produksi lainnya, seperti modal, sarana kerja,
mesin-mesin, bahan mentah dan bahan baku, perangkat lunak serta metode kerja
serta pasar bagi organisasi niaga, tetap diperlukan serta tetap mempunyai arti
penting, tidak aka nada yang menyanggah.
Supaya karyawan bersemangat bekerja,
bersdisiplin tinggi dan bersikap loyal dalam menunjang tujuan perusahaan maka
fungsi pemeliharaan mutlak mendapat perhatian utama. Tidak mungkin karyawan
bersemangat kerja dan berkonsentrasi penuh terhadap pekerjaannya jika
kesejahteraan mereka tidak diperhatikan dengan baik.
Mengingat sumber daya manusia merupakan
unsur yang terpenting, pemeliharaan hubungan yang continue dan serasi dengan
para karyawan dalam setiap organisasi menjadi sangat penting. Teori manajemen
sumber daya manusia member petunjuk bahwa hal-hal yang penting diperhatikan
dalam pemeliharaan hubungan tersebut antara lain menyangkut motivasi dan
kepuasan kerja, penanggulangan stress, konseling dan pengenaan sanksi
disipliner, sistem komunikasi, perubahan dan pengembangan organisasi serta
peningkatan mutu hidup kekaryaan para pekerja. Namun yang akan menjadi objek
pembahasan dalam makalah ini adalah masalah stress, konseling dan disiplin
pegawai.
B.
Rumusan
Masalah
·
Bagaimana cara mengatasi masalah stress
yang sering dialami karyawan ?
·
Apakah konseling dapat membantu
penyelesaian masalah yang dihadapi karyawan.
·
Apakah fungsi disiplin bagi pegawai ?
C.
Tujuan
·
Dapat mengetahui cara mengatasi masalah
stress pegawai.
·
Dapat mengetahui fungsi dan manfaat
konseling terhadap pegawai.
·
Dapat mengetahui fungsi disiplin bagi
pegawai.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Stress
Salah satu masalah yang pasti akan dihadapi oleh
stiap orang dalam kehidupan berkarya adalah stress yang harus diatasi, baik
oleh karyawan sendiri tanpa bantuan orang lain, maupun dengan bantuan pihak
lain seperti para spesialis yang disediakan oleh organisasi di mana karyawan
bekerja. Karyawan adalah mahluk sosial yang menjadi kekayaan utama bagi setiap
perusahaan. Sikap-sikap positif harus dibina, sedangkan sikap-sikap
negatif hendaknya dihindarkan sedini
mungkin. Sikap-sikap karyawan antara lain:
1.
Stress
Karyawan/Pegawai
Stress
karyawan timbul akibat pekerjaan tidak terwujud dari pekerjaannya. Definisi formal dari stress adalah keadaan
tertekan dialami seseorang yang menghadapi tingginya permintaan,keterpaksaan
atau kesempatan yang luar biasa. Faktor-faktor penyebab stress karyawan, antara
lain sebagai berikut:
·
Beban kerja yang sulit dan berlebihan.
·
Tekanan dan sikap pemimpin yang kurang
adil dan wajar.
·
Waktu dan peralatan kerja yang kurang
memadai.
·
Konflik antara pribadi dengan pimpinan
atau kelompok kerja.
·
Balas jasa yang terlalu rendah.
·
Masalah-masalah keluarga seperti anak,
istri, mertua,dll.
Macam-macam
stressor atau sumber stress, dapat berasal dari lingkungan kerja, individu
karyawan sendiri, maupun keadaan di luar pekerjaan yang berpengaruh terhadap
sikap dan prilaku seseorang dalam bekerja. Suatu survey melaporkan bahwa 46 %
pekerjaan jelas menyatakan pekerjaan merupakan faktor penyebab stress yang
dialamim dan sebanyak 34% dari pekerja yang menyatakan pekerjaan merupakan
penyebab stress yang diderita sehingga mereka berpikir untuk meninggalkan
pekerjaan.
2.
Akibat-akibat
(Dampak) Stress
Sesungguhnya stress
dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a)
Stress
yang bersifat konstruktif (dampak Positif)
Stress seperti ini
mampu menyemangati untuk meningkatkan usaha,menstimulasi kreatifitas dan
meningkatkan ketekunan kerja.
b)
Stress
yang bersifat destruktif ( dampak negatif)
Produktivitas dapat
berkurang sebagai reaksi seseorang terhadap intensitas stress melalui
perputaran,ketidak hadiran, kesalahan-kesalahan, kecelakaan di tempat kerja,
ketidak puasan, dan berkurangnya kinerja.
3.
Cara
Mengatasi Stress
Berbagai langkah yang
dapat diambil meliputi antara lain:
a) Merumuskan
kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan menghadapi berbagai
stress.
b) Menyampaikan
kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan.
c) Melatih
para manajer agar lebih peka terhadap timbulnya gejala-gejala stress terhadap
bawahannya.
d) Melatih
para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber stress.
e) Terus
membuka jalur komunikasi dengan karyawan.
f) Memantau
terus-menerus kegiatan organisasi.
g) Menyempurnakan
rancang bagun tugas dan tata ruang kerja.
h) Menyediakan
jasa bantuan bagi para karyawan apabila mereka sempat mengahadapi stress.
B.
Konseling
Konseling adalah pembahasan suatu masalah dengan
seorang karyawan, dengan maksud pokok membantu karyawan tersebut agar dapat
mengatasi masalah secara lebih baik. Konselig bertujuan untuk membuat
orang-orang menjadi lebih efektif dalam memecahkan masalah-masalah mereka.
Konseling yang efektif adalah kegiatan yang:
1. Melibatkan
paling sedikit dua pihak.
2. Berwujud
komunikasi dua arah yang terbuka.
3. Membantu
karyawan menghadapi dan menyelesaikan masalah.
4. Meningkatkan
kemampuan organisasi mencapai sasarannya.
5. Memperlakukan
karyawan dengan cara manusiawi.
6. Mengatasi
permasalahan pribadi dan organisasional.
7. Bersifat
konfidensial.
8. Ditangani
oleh tenaga ahli professional.
1.
Fungsi
Konseling
· Pemberian
nasehat, dengan mengarahkan mereka dalam pelaksanaan serangkaian kegiatan yang
diinginkan.
· Penentraman
hati, dengan meyakinkan karyawan bahwa dia mampu untuk mengerjakan
tugas-tugasnya asal dilakukan dengan sungguh-sungguh.
· Komunikasi,
melakukan komunikasi dua arah, dan umpan balik harus ditanggapi manajer secara
positif serta diberikan penjelasan seperlunya.
· Pengenduran
ketegangan emosional, dengan memberikan kesempatan bagi orang tersebut untuk
mengungkapkan problemnya secara gamblang.
· Penjernihan
pemikiran, pembahasan problem secara serius dengan orang lain, membantu
seseorang untuk berpikir realistis dan objektif mengatasi masalahnya.
2.
Tipe-tipe
Konseling
· Directive
counseling: proses mendengarkan masalah karyawan dan member motivasi kepada
karyawan.
· Nondirective
counseling: proses mendengarkan dengan penuh perhatian, memahaminya dan
menentukan penyelesaian yang tepat.
· Cooperative
counseling: hubungan timbale balik antara pembimbing dan karyawan.
C.
Kedisiplinan
Pegawai
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan
seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang
berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua
peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Kesedian adalah suatu
sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan
perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak. Peraturan sangat diperlukan untuk
memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi karyawan dalam menciptakan tata tertib
yang baik di perusahaan. Dan hukuman diperlihatkan dalam meningkatkan
kedisiplinan dan mendidik karyawan supaya menaati semua peraturan perusahaan.
1.
Macam-macam
Displin
Terdapat dua jenis
disiplin dalam organisasi, yaitu:
a)
Pendisiplinan
Prefentif
Tindakan yang mendorong
karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar
yang telah ditetapkan.
b)
Pendisiplinan
Korektif
Jika ada karyawan yang
nyata-nyata telah melakukan pelanggaran atas ketetntuan-ketentuan yang berlaku
atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi
disipliner.
2.
Tahap-tahapan
Penerapan Disiplin
a)
Peringatan lisan oleh penyedia.
b)
Pernyataan tertulis ketidakpuasan oleh
atasan langsung.
c)
Penundaan kenaikan gaji berkala.
d) Penundaan
kenaikan pangkat.
e)
Pembebasan dari jabatan.
f)
Pemberhenian sementara.
g)
Pemberhentian atas permintaan sendiri.
h)
Pemberhentian dengan hormat.
i)
Pemberhentian
tidak hormat
3.
Indikator-indikator
Kedisiplinan Pegawai
Pada
dasarnya banyak indicator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu
organisasi, diantaranya:
a)
Tujuan
dan Kemampuan
Tujuan yang akan
dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi
kemampuan karyawan.
b)
Teladan
Peimpinan
Pimpinan harus member
contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur dan adil, serta sesuai dengan kata
dengan perbuatan.
c)
Balas
Jasa
Balas jasa (gaji atau
kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan karyawan.
d)
Keadilan
Keadialan ikut
mendorong kedisiplinan karyawan.
e)
Waskat
Waskat (pengawasan
melekat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan
karyawan perusahaan.
f)
Sanksi
Hukuman
Sanksi hukuman berperan
penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai.
g)
Ketegasan
Ketegasan pemimpin
dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan karyawan perusahaan.
h)
Hubungan
Kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan
yang harmonis di antara sesame karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik
pada suatu perusahaan.
4.
Persaingan
dan Konflik
Persaingan dan konflik
sering terjadi di antara para karyawan suatu perusahaan. Persaingan yang sehat
akan memotivasi moral kerja, produktivitas kerja dan kedisiplian karyawan,
tetapi persaingan yang kurang sehat akan menimbulkan konflik.
Persaingan adalah kegiatan yang
berdasarkan atas sikap rasional dan emosional dalam mencapai prestasi kerja
yang terbaik. Konflik adalah persaingan yang kurang sehat berdasarkan ambisi
dan sikap emosional dalam memperoleh kemenangan. Hal-hal yang menyebabkan
persaingan dan konflik, antara lain:
a)
Tujuan
Tujuan sama yang ingin
dicapai akan merangsang timbulnya persaingan dan konflik antara individu atau
antara kelompok karyawan.
b)
Ego
Manusia
Ego manusia selalu
menginginkan lebih berhasil dari manusia lainnya akan menimbulkan persaingan
dan konflik.
c)
Kebutuhan
Kebutuhan material dan
nonmaterial yang terbatas akan menyebabkan timbulnya persaingan dan konflik.
d)
Perbedaan
Pendapat
Perbedaan pendapat akan
menimbulkan persaingan dan konflik.
e)
Salah
Paham
Salah paham sering
terjadi di anatar orang-orang yang bekerja sama.
f)
Perasaan
Dirugikan
Perasaan dirugikan
karena perbuatan orang lain akan menimbulkan persaingan dan konflik.
g)
Perasaan
Sensitif
Perasaan sensitive atau
mudah tersinggung akan menimbulkan konflik.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Persaingan yang kurang sehat akan
menimbulkan konflik, sedangkan konflik yang tidak dapat diselesaikan akan
mengakibatkan perpecahan sehingga tujuan karyawan, perusahaan, dan masyarakat
tidak tercapai.
·
Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang
terpenting dan menjadi tolak ukur untuk mengukur atau mengetahui apakah
fungsi-fungsi MSDM lainnya telah dilaksanakan sesuai dengan rencana.
·
Stress dapat mempengaruhi prestasi kerja
karyawan di kantor.
·
Konseling dapat membantu karyawan dalam
mencari penyelesaian masalah pekerjaan yang di alami.
B.
Saran-saran
Diharapkan dengan makalah ini, dapat membantu para pembaca sekalian
dalam memahami materi kuliah yang disajikan dalam bentuk makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Schermerhorn, John R. 1997.
Management(manajemen-buku2). Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Siagian,Sondang P. 2010. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh
remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya,
baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan
masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan
emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud
dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak
maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa
lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun
trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya
merasa rendah diri.
Kenakalan remaja dapat dikategorikan ke
dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial
terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan
sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang
dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem
sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna
bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur
tersebut berarti telah menyimpang.
Masa
remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini,
seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam
gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik
di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang ewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
Kenakalan remaja di era modern ini sudah melebihi batas yang ewajarnya. Banyak anak dibawah umur yang sudah mengenal Rokok, Narkoba, Freesex, dan terlibat banyak tindakan kriminal lainnya. Fakta ini sudah tidak dapat diungkuri lagi, anda dapat melihat brutalnya remaja jaman sekarang. Meningkatnya tingkat kriminal di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi banyak juga dari kalangan para remaja. Tindakan kenakalan remaja sangat beranekaragam dan bervariasi dan lebih terbatas jika dibandingkan tindakan kriminal orang dewasa. Juga motivasi para remaja sering lebih sederhana dan mudah dipahami misalnya : pencurian yang dilakukan oleh seorang remaja, hanya untuk memberikan hadiah kepada mereka yang disukainya dengan maksud untuk membuat kesan impresif yang baik atau mengagumkan.
Akibatnya, para orangtua mengeluhkan perilaku anak-anaknya yang tidak dapat diatur, bahkan terkadang bertindak melawan mereka. Konflik keluarga, mood swing, depresi, dan munculnya tindakan berisiko sangat umum terjadi pada masa remaja dibandingkan pada masa-masa lain di sepanjang rentang kehidupan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian karya ilmiah itu sendiri ?
2. Apa
saja ciri-ciri karya ilmiah ?
3. Apa
saja jenis-jenis karya ilmiah ?
4. Apakah
fungsi karya ilmiah ?
5. Apakah
syarat untuk menulis karya ilmiah ?
C.
Tujuan
1. Dapat
mengetahui pengertian karya ilmiah itu sendiri.
2. Dapat
mengetahui apa saja ciri-ciri karya ilmiah itu sendiri.
3. Dapat
mengetahui apa saja jenis-jenis karya ilmiah itu sendiri.
4. Dapat
mengetahui fungsi karya ilmiah.
5. Dapat
mengetahui syarat-syarat untuk menulis karya ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Karya Ilmiah
Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah
karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan,
kumpulan pengalaman penelitian dan pengetahuan orang lain sebelumnya. Karya
ilmiah merupakan pernyataan sikap ilmiah peneliti. Jadi, bukan sekadar
pertanggung jawaban peneliti dalam penggunaan sumber daya (uang, alat, dan
bahan) yang digunakan dalam penelitian.
Menurut Hery Firman, karya ilmiah adalah
laporan tertulis dan dipublikasikan, dipaparkan hasil penelitian atau
pengkajian yang telah dilakukan oleh seorang atau sebuah tim dengan memenuhi
kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Dari
berbagai macam pengertian karya ilmiah di atas dapat disimpulkan, bahwa yang
dimaksud karya ilmiah dalam makalah ini adalah, suatu karangan yang berdasarkan
penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan
dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah.
Karya ilmiah, suatu tulisan yang
didalamnya membahas suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan,
pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu penelitian, baik penelitian
lapangan, tes labolatorium ataupun kajian pustaka. Maka dalam memaparkan dan
menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah,yang dikatakan dengan
pemikiran ilmiah disini adalah pemikiran yang logis dan empiris.
B.
Ciri-Ciri
Karya Ilmiah
Dalam karya
ilmiah ada 4 aspek yang menjadi karakteristik utamanya, yaitu:
1. Struktur
sajian. Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian
awal (pendahuluan), bagian inti (pokok pembahasan), dan bagian penutup. Bagian
awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian
gagasan pokok yang ingin disampaikan yang dapat terdiri dari beberapa bab atau
subtopik. Bagian penutup merupakan simpulan pokok pembahasan serta rekomendasi
penulis tentang tindak lanjut gagasan tersebut.
2. Komponen
dan substansi. Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun
semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar
pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya
abstrak.
3. Sikap
penulis. Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan
dengan menggunakan gaya bahasa impersonal, dengan banyak menggunakan bentuk
pasif, tanpa menggunakan kata ganti orang pertama atau kedua.
4. Penggunaan
bahasa. Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang
tercermin dari pilihan kata/istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan
struktur yang baku.
C.
Fungsi
Karya Ilmiah
Karya ilmiah berfungsi
sebagai berikut:
1.
Penjelasan
(Explanation)
Karya ilmiah dapat
menjelaskan suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui , tidak jelas dan tidak
pasti, menjadi sebaliknya.
2.
Ramalan
(Prediction)
Karya ilmiah dapat
membantu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada masa
mendatang.
3.
Kontrol
(control)
Karya ilmiah dapat berfungsi untuk
mengontrol, mengawasi atau mengoreksi benar tidaknya suatu pernyataan.
D.
Syarat
menulis karya ilmiah
1.
Motivasi dan displin yang tinggi
2.
Kemampuan mengolah data
3.
Kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu
(sistematis)
4.
Kemampuan berbahasa
E.
Sifat Karya Ilmiah
Karya
ilmiah formal harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1.
Lugas Dan Tidak Emosional
Mempunyai
satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang
lain).
2.
Logis
Disusun berdasarkan urutan yang konsisten
Disusun berdasarkan urutan yang konsisten
3.
Efektif
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
4.
Efisien
Hanya
mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami.
5.
Ditulis Dengan Bahasa Indonesia Yang Baku.
F.
Sikap
Ilmiah
Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi
dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Beberapa sikap ilmiah dikemukakan oleh Mukayat
Brotowidjoyo (1985 :31-34) yang biasa dilakukan para ahli dalam menyelesaikan
masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain :
1. Sikap
ingin tahu : apabila menghadapi suatu masalah yang baru dikenalnya,maka ia
berusaha mengetahuinya, senang mengajukan pertanyaan tentang obyek dan
peristiwa, kebiasaan menggunakan alat indera sebanyak mungkin untuk menyelidiki
suatu masalah, memperlihatkan gairah dan kesungguhan dalam menyelesaikan
eksprimen.
2. Sikap
kritis : Tidak langsung begitu saja menerima kesimpulan tanpa ada bukti yang
kuat, kebiasaan menggunakan bukti – bukti pada waktu menarik kesimpulan, Tidak
merasa paling benar yang harus diikuti oleh orang lain, bersedia mengubah
pendapatnya berdasarkan bukti-bukti yang kuat.
3. Sikap
obyektif : Melihat sesuatu sebagaimana adanya obyek itu, menjauhkan bias
pribadi dan tidak dikuasai oleh pikirannya sendiri. Dengan kata lain mereka
dapat mengatakan secara jujur dan menjauhkan kepentingan dirinya sebagai
subjek.
4. Sikap
ingin menemukan : Selalu memberikan saran-saran untuk eksprimen baru, kebiasaan
menggunakan eksprimen-eksprimen dengan cara yang baik dan konstruktif, selalu
memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.
5. Sikap
menghargai karya orang lain: Tidak akan mengakui dan memandang karya orang lain
sebagai karyanya, menerima kebenaran ilmiah walaupun ditemukan oleh orang atau
bangsa lain.
6. Sikap
tekun : Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksprimen yang
hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan –kegiatan apabila
belum selesai, terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja
dengan teliti.
7. Sikap
terbuka : Bersedia mendengarkan argumen orang lain sekalipun berbeda dengan apa
yang diketahuinya.buka menerima kritikan dan respon negatif terhadap
pendapatnya.
G.
Jenis-Jenis
Karya Ilmiah
1.
Makalah
Makalah, dalam tradisi akademik, adalah
karya ilmuwan atau mahasiswa yang sifatnya paling ‘soft’ dari jenis karya
ilmiah lainnya. Sekalipun, bobot akademik atau bahasan keilmuannya, adakalanya
lebih tinggi. Misalnya, makalah yang dibuat oleh ilmuwan dibanding skripsi
mahasiswa. Makalah mahasiswa lebih kepada memenuhi tugas-tugas pekuliahan.
Karena itu, aturannya tidak seketad makalah para ahli.
2.
Kertas Kerja
Kertas kerja pada prinsipnya sama dengan
makalah. Kertas kerja dibuat dengan analisis lebih dalam dan tajam. Kertas
kerja ditulis untuk dipresentasikan pada seminar atau lokakarya, yang biasanya
dihadiri oleh ilmuwan. Pada ‘perhelatan ilmiah’ tersebut kertas kerja dijadikan
acuan untuk tujuan tertentu. Bisa jadi, kertas kerja ‘dimentahkan’ karena
lemah, baik dari susut analisis rasional, empiris, ketepatan masalah, analisis,
kesimpulan, atau kemanfaatannya.
3.
Skripsi
Skripsi adalah karya tulis (ilmiah)
mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar sarjana (S1). Bobotnya 6
satuan kredit semster (SKS) dan dalam pengerjakannya dibantu dosen pembimbing.
Dosen pembimbing berperan ‘mengawal’ dari awal sampai akhir hingga mahasiswa
mampu mengerjakan dan mempertahankannya pada ujian skripsi.
4. Tesis
Tesis adalah jenis karya
ilmiah yang bobot ilmiahnya lebih dalam dan tajam dibandingkan skripsi. Ditulis
untuk menyelesaikan pendidikan pascasarjana. Mahasiswa melakukan
penelitian mandiri, menguji satu atau lebih hipotesis dalam mengungkapkan
‘pengetahuan baru’. Tesis atau Master Thesis ditulis bersandar pada metodologi;
metodologi penelitian dan metodologi penulisan. Standarnya digantungkan pada
institusi, terutama pembimbing.
5.
Disertasi
Pencapaian gelar akademik tertinggi adalah
predikat Doktor. Gelar Doktor (Ph.D) dimungkinkan manakala mahasiswa (S3) telah
mempertahankan disertasi dihadapan Dewan Penguji Disertasi yang terdiri
dari profesor atau Doktor dibidang masing-masing. Disertasi ditulis berdasarkan
penemuan (keilmuan) orisinil dimana penulis mengemukan dalil yang dibuktikan
berdasarkan data dan fakta valid dengan analisis terinci. Disertasi memuat
penemuan-penemuan baru, pandangan baru yang filosofis, tehnik atau metode baru tentang
sesuatu sebagai cerminan pengembangan ilmu yang dikaji dalam taraf yang tinggi.
6.
Artikel Ilmiah
Artikel ilmiah, bisa ditulis secara
khusus, bisa pula ditulis berdasarkan hasil penelitian semisal skripsi, tesis,
disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk lebih praktis. Artikel ilmiah
dimuat pada jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada
penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak megurangi nilai
keilmiahannya. Artikel ilmiah bukan sembarangan artikel, dan karena itu, jurnal-jurnal
ilmiah mensyaratkan aturan sangat ketat sebelum sebuah artikel dapat dimuat.
Bagi ilmuwan, apabila artikel ilmiahnya ditebitkan pada jurnal internasional,
pertanda keilmuawannya ‘diakui’.
7.
Artikel Ilmiah
Popular
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel
ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah.
Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah
populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau
pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat.
Artikel ilmiah popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah.
H.
Manfaat
Penyusunan Karya Ilmiah
Menurut
sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan
membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca
dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.
2.
Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari
berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran
yang lebih matang.
3.
Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan
seperti mencari bahan bacaan dalam catalog pengarang atau katalog judul buku.
4.
Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam
mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.
5.
Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.
6.
Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Karya ilmiah atau tulisan ilmiah adalah
karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang diperolehnya melalui kepustakaan,
kumpulan pengalaman penelitian dan pengetahuan orang lain sebelumnya.
·
Syarat menulis karya ilmiah antara lain:
Motivasi dan displin yang tinggi, Kemampuan mengolah data, Kemampuan berfikir
logis (urut) dan terpadu (sistematis), Kemampuan berbahasa
·
Salah satu manfaat penyusunan karya
ilmiah adalah Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang
efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu
kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.
B.
Saran-saran
Diharapkan dengan makalah ini, dapat membantu para pembaca sekalian
dalam memahami materi kuliah yang disajikan dalam bentuk makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Dwiloka, Bambang dan Rati Riana.
2005. Teknik Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Hadi, Syamsul. 2009. “HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK
KARYA ILMIAH”, (online), (http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/05/hakikat-dan-karakteristik-karya-ilmiah.html,
diakses 26 September 2012).
Ayunda,
Keisha. 2010. “kheyzonely”, (lonely), (http://keshiaayunda.blogspot.com/2010/03/hakikat-karya-ilmiah.html,
diakses 26 September 2012).
















0 komentar:
Posting Komentar